REVIEW BUKU 1453 DETIK-DETIK JATUHNYA KONSTANTINOPEL KE TANGAN MUSLIM ROGER CROWLEY

 

REVIEW BUKU 1453

DETIK-DETIK JATUHNYA KONSTANTINOPEL KE TANGAN MUSLIM

ROGER CROWLEY

Penaklukkan kota Konstantinopel tahun 1453 oleh Kesultanan Usmani dibawah pimpinan Sultan Mehmet II (Muhammad Al Fatih) merupakan salah satu Sejarah besar umat Islam. Sejarah yang harus selalu diingat dan menjadi semangat untuk menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dan Rasul Nabi Muhammad SAW. Perjuangan, pengorbanan, penderitaan, kekalahan yang dialami dan dilalui dengan waktu yang cukup panjang oleh Kesultanan Usmani dalam mencoba mengambil alih kota Konstantinopel tidak meruntuhkan tekad dan mental mereka untuk menyerah dan melupakan cita-cita menguasai kota tersebut. Dengan keyakinan kuat didorong dengan hadist Nabi Muhammad SAW yang bersabda bahwa Kota Konstantinopel pasti jatuh ke tangan muslim kelak suatu hari, dimana kaum Muslimin tersebut akan dipimpin oleh pemimpin terbaik dan pasukan terbaik. Akhirnya pada Mei 1453, setelah peperangan terjadi lebih dari sebulan di depan tembok kota Konstantinopel yang kokoh. Akhirnya Sultan Mehmet II bersama pasukannya berhasil masuk ke dalam kota tersebut dan mengambil alih kota menandakan kemenangan kaum Muslimin dan merealisasikan sabda Nabi Muhammad SAW tentang kejatuhan kota Konstantinopel ke kaum Muslimin.

SINOPSIS

Konstantinopel adalah ibukota kekaisaran Byzantium, kota yang indah dengan tembok-tembok yang kokoh menjadi pelindung dan ornamen-ornamen mozaik yang cantik menghiasi dalam kota. Konstantinopel begitu kuat untuk ditembus dan ditaklukkan. Karena begitu perkasanya, orang-orang Konstantinopel menjadi besar kepala dan meremehkan lawannya. Mereka menganggap tidak akan ada yang mampu menembus tembok kota tersebut apalagi sampai menaklukkannya. Orang-orang Konstantinopel percaya bahwa kotanya dilindungi Tuhan. Gereja St. Sophia menjadi saksi doa-doa mereka kepada Tuhan atas kota indah tersebut.

Perlawanan terhadap Konstantinopel oleh kaum Muslimin sendiri sudah sejak lama. Kisah Nabi Muhammad SAW yang mengirimi surat kepada kaisar Byzantium yaitu Heraclius yang isinya adalah ajakan untuk menyembah Allah SWT dan mengikuti ajaran Islam pada tahun 629. Namun surat tersebut dianggap aneh oleh Heraclius karena dirinya tidak mengenal seorang yang bernama Muhammad tersebut. Heraclius lantas mencari tahu tentang seorang bernama Muhammad tersebut. Karena didalam surat tersebut juga berisi perkataan Nabi Muhammad SAW bahwa Byzantium akan jatuh dan Konstantinopel akan ditaklukkan. Sabda Nabi Muhammad SAW terkait jatuhnya Konstantinopel menjadi api semangat kaum muslimin untuk merealisasikan hal tersebut sehingga kekuatan penyerangan kaum muslimin untuk menaklukkan Konstantinopel dimulai oleh Khalifah Muawiyah pada tahun 669. Upaya kaum Muslimin hanya menghasilkan kekalahan dengan pertempuran melawan pasukan Konstantinopel hingga tahun 717.

Tahun 1071-1422 adalah tahun yang panjang untuk Sejarah perkembangan dan kemunduran Konstantinopel itu sendiri. Derita perang Salib, perlawanan suku-suku disekitar wilayah kota seperti Bani Saljuk untuk merebut wilayah kekuasaan di kota-kota kecil sekitar Konstantinopel menjadi tantangan yang tak mudah bahkan memberatkan. Dalam perjalanannya, Konstantinopel pun sempat mengalami kekalahan oleh lawannya pihak Kristen sendiri ditambah perang saudara yang terjadi di internal kekaisaran. Saat-saat kemunduran kejayaan Konstantinopel pada tahun 1280, muncullah Suku Usman yaitu Kerajaan yang tak begitu berpengaruh disekitar Anatolia. Tidak ada yang tahu asal-usul suku ini namun semakin lama perkembangan Usman mengalami kemajuan yang pesat. Kemampuan berperangnya, diplomasinya membuat wilayah Usman meluas. Putranya, Orhan melanjutkan kemajuan ayahnya memimpin Usmani. Militer Usmani yang termashyur dikalangan lawannya adalah pasukan Janisari dan pasukan kavalerinya. Kesultanan Usmani pun kemudian dipimpin oleh Sultan Murat I dan selanjutnya Sultan Murat II yang masing-masing memimpikan Konstantinopel untuk ditaklukkan suatu hari nanti.

Tahun 1432 adalah tahun yang sarat akan isyarat, diantaranya kuda-kuda melahirkan anak kembar, pohon berbuah lebih ranum, bintang berekor muncul di sore hari melintasi langit Konstantinopel. Malam hari tanggal 19 Maret karena tidak bisa tidur Sultan Murat membaca Al-Quran dan baru saja menyelesaikan surat al-Fath, ayat-ayat yang menjanjikan kemenangan. Pada saat itu lahirlah putra ketiganya yang diberi nama Mehmet yang merupakan “Turkinisasi” dari kata “Muhammad”. Anak yang akan menjadi pemimpin dalam perebutan Konstantinopel kemudian hari. Sultan Murat memiliki putra lainnya bernama Ali dan Ahmet, namun seiring berjalan waktu, kedua putranya tewas dalam melaksanakan tugasnya sebagai sultan yang memimpin beberapa daerah kekuasaan Usmani. Sehingga penerus tahta kesultanan tidak lain hanyalah Mehmet. Mehmet merupakan pemuda yang ‘bandel” awalnya, dia malas-malasan, egois, seenaknya dan nyaris susah dididik. Namun ayahnya yaitu Murat mengirim seorang guru bernama Ahmet Gurani (Al-Qurani) kepada Mehmet untuk mengajarinya seluk-beluk Al-Quran. Sang guru mendidik sangat keras sehingga membuat Mehmet tunduk dan berpikir. Anak muda yang “bandel” ini mulai menunjukkan perubahan yang luar biasa. Mehmet menjadi pemuda yang haus akan pengetahuan, saleh dan berwawasan. Dia juga bisa beberapa bahasa diantaranya bahasa Arab, Yunani, Hungaria. Mehmet sangat tertarik dengan ilmu militer, ilmu geografi, sains dan teknologi.

Setelah Sultan Murat meninggal, Mehmet menjadi Sultan penerus yang begitu muda untuk memimpin Usmani. Berita Kematian Murat tersebar ke dunia luar terlebih musuh-musuhnya. Sehingga kejadian ini seperti memberi berkah bagi lawan-lawannya dan ditambah sultan yang baru hanyalah anak muda dimana musuh dan lawannya berpikir bahwa hal tersebut adalah suatu kelemahan. Kaisar Konstantinopel pun berpikir demikian sebelum tahu bahwa watak Mehmet sebagai sultan baru Usmani ternyata berbanding terbalik tidak seperti yang dipikirkannya. Setelah naik tahta, Mehmet tambah berhasrat untuk menaklukkan Konstantinopel. Dia mula-mula membangun benteng-benteng dan istana di Edirne dan Gallipoli. Mempekerjaan banyak tukang tanpa kenal waktu siang dan malam membuat pertahanan dikejauhan tembok Konstantinopel. Di kawal dengan para wazir (penasehat) diantaranya Halil, Zaganos, Shihabettin, dan Saruja. Mehmet mengawasi pekerjaan gila tersebut. Akhirnya, benteng-benteng itu selesai dalam kurun waktu hampir tiga bulan dan istana barunya berdiri kokoh menandakan tekad kuat seorang sultan muda. Mereka menamakannya “pemotong tenggorokan” atau bahasa Turkinya Bogaz Kesen atau juga dikenal dengan “Rumeli Kisari”. Kejadian ini terlihat oleh mata semua orang di Konstantinopel dari kejauhan kota dan membuat mereka berpikir bahwa saat-saat kelam Konstantinopel yang indah semakin dekat.

November 1452 – Februari 1453 adalah masa-masa kelam bagi kesatuan spritualis di Konstantinopel dimana benturan konflik antara Kristen dan Katolik memuncak membuat kaisar kesulitan dalam merangkul kekuatan bahkan meminta bantuan untuk menghadapi Usmani. Konflik agama di Konstantinopel membuat warganya terpecah belah ditambah rasa ketakutan akan ramalan terdahulu akan kejatuhan kota Konstantinopel. Hal ini semua terdengar oleh Mehmet dan membuatnya terus berpikir dan menyiapkan kekuatan untuk maju ke medan perang menaklukkan Konstantinopel. Dengan tekad doa kepada Allah dan doa Nabi Muhammad, Mehmet yakin bisa menaklukkan Konstantinopel. Mehmet memanggil wazirnya, Halil Pasha di malam hari, berbicara tentang penaklukkan kota dan persiapan yang matang. Halil Pasha merasa ketakutan saat dipanggil malam-malam oleh sang Sultan saat itu. Karena itu bukan hal yang biasa. Sehingga sesuai tradisi, Halil membawakan sekantong hadiah untuk sultan namun itu ditolak oleh Mehmet karena Mehmet bukan menginginkan hadiah namun ‘kota itu” yang dimaksud adalah Konstantinopel. Disini terlihat watak ambisius seorang sultan muda itu.

Kekuatan tekad Mehmet mungkin sebanding dengan kekuatan tembok-tembok Konstantinopel. Tembok yang begitu kokoh hampir lebih seribu tahun lamanya mencegah bahaya kota Konstantinopel dari serangan musuh dan lawannya. Bahkan orang-orang Konstantinopel menganggap tembok-tembok ini dijaga langsung oleh Tuhan dari mereka yang ingin menghancurkan kota Konstantinopel. Tembok raksasa yang berlapis yang melindungi Konstantinopel menjadi kekuatan pertahanan yang ampuh untuk mendorong balik lawannya atau siapapun yang berusaha merebut Konstantinopel. Nenek moyang Mehmet berkali-kali merasakan kekecewaan dan kekalahan akibat sulitnya mendobrak bahkan menghancurkan tembok tersebut. Meskipun senjata berupa meriam-meriam telah digunakan namun tak ada hasil yang signifikan. Nyatanya tembok tersebut masih kokoh sampai Mehmet menjadi sultan. Pada tahun 1452, terpikirkan oleh Mehmet untuk membuat senjata Meriam yang lebih dahsyat yang mampu menghancurkan tembok Konstantinopel. Dan kebetulan pada saat itu ada pembuat ahli meriam bernama Orban yang tadinya bekerja untuk kaisar Konstantinopel namun karena upah yang sedikit bahkan sering telat membuat Orban menerima tawaran sang Sultan yang lebih besar bahkan perlakuan yang baik. Sehingga kesepakatan terjadi antara Mehmet dan Orban untuk membuat Meriam yang mampu menghancurkan tembok Konstantinopel. Pembuatan Meriam dimulai, dilakukan oleh pekerja dan diawasi oleh para wazir dan Mehmet sendiri. Kesakralan dalam pembuatannya tercatat, bahwa ketika membuat Meriam Orban tersebut didampingi oleh para syeikh, yang memimpin doa terus menerus kepada Allah. Dan para pekerjanya yang selalu menyebut nama Allah ketika membuat meriam tersebut. Akhirnya meriam terbesar yang pernah dibuat itu selesai. Mehmet merasa puas dengan hasilnya dan segera membawa meriam-meriam tersebut ke sisi Selat Bosporus sebagai pertahanan.

Sultan Mehmet mulai mengumpulkan pasukannya yang terdiri dari pasukan Azaps, pasukan infantri dan pasukan khususnya yang terkenal yaitu pasukan Janisari. Pasukan-pasukan itu semua didapat dari berbagai daerah dan provinsi diantaranya dari Anatolia dan Eropa. Orang-orang Usmani sangat antusias dengan rencana penaklukkan Konstantinopel. Diantara mereka bahkan sukarela untuk menjadi pasukan Mehmet karena didorong akan sabda Nabi Muhammad dan cita-cita nenek moyang mereka yang sejak lama bertempur melawan Konstantinopel. Ketika seluruh pasukan sudah siap, mereka mulai berjalan kaki menuju benteng-benteng yang telah dibuat sebelumnya. Disana mereka membangun tenda-tenda prajurit dan sultan. Aktivitas ini disaksikan oleh orang-orang Konstantinopel dari kejauhan. Pada malam hari, beberapa mil dari tembok Konstantinopel terlihat kobaran obor api dimana-mana menerangi tenda-tenda pasukan Usmani. Panji-panji Usmani berkibar layaknya ombak yang beriringan. Mata yang melihat kejadian tersebut hanya bisa menghembus napas dari dada menandakan kengerian jumlah pasukan Usmani. Bak lautan api, tidak ada yang tahu persis berapa jumlah total pasukan Usmani. Ada yang menyebutkan sekitar 400.000 orang ada pula yang memperkirakan sekitar 200.000 orang. Kengerian ini dirasakan oleh kaisar Konstantinopel yang membuatnya berpikir keras untuk menghadapi pasukan sebanyak itu dengan jumlah pasukan Konstantinopel yang tak sepadan sekitar 5.000 orang. Konstantinopel hanya memiliki harapan dengan tembok kuatnya dan beberapa pasukan bantuan dari daerah Italia seperti Genoa, Venesia.

6 – 9 April 1453 senjata meriam-meriam Usmani sudah diletakkan sesuai posisinya. Persiapan melakukan perlawanan dilakukan. Meriam-meriam tersebut mulai menembak ke depan tembok Konstantinopel bertubi-tubi. Kota Konstantinopel menjadi lautan kebisingan yang mengerikan. Orang-orang Konstantinopel berdoa agar kota ini tidak jatuh dan hancur mengingat ramalan kuno yang menakutkan akan kejatuhan Konstantinopel. Kaisar mulai melancarkan perlawanannya demi mempertahankan garis depan tembok. Pasukan Usmani mulai melancarkan perlawanan didepan tembok kokoh tersebut. Meriam terbesar Orban yang terkenal dinamakan Basilica mulai ditembakkan kearah tembok yang lemah Konstantinopel. Perang tersebut tak berhenti siang dan malam sehingga memakan korban diantara kedua belah pihak. Peristiwa tersebut terjadi antara 12 sampai 18 April dimana pasukan Usmani lebih banyak menelan korban ketimbang pasukan bertahan Konstantinopel. Kelemahan didapati pihak Usmani mengenai meriam-meriam mereka yang butuh waktu rehat setelah ditembakkan ditambah meriam Basilica mereka yang super besar hanya mampu menembak sebanyak 7 kali saja per hari. Meriam Orban tersebut pun didapati retak karena tidak mampu menahan kekuatan besar tembakannya sehingga perlu waktu untuk memperbaikinya. Di lain sisi meriam-meriam tadi banyak memakan korban jiwa akibat kurang aman dalam mekanisme penggunaannya bagi prajurit Usmani.

Tidak hanya di darat, Mehmet juga mempersiapkan armada-armada kapal lautnya untuk berperang di perairan baik itu Selat Bosporus maupun Laut Marmara. Kapal-kapal tersebut di parkirkan di Gallipoli untuk mengambil alih perlawanan di Selat Bosporus. Namun kegiatan kapal-kapal Mehmet tidak luput dari pengamatan kaisar Konstantinopel. Kaisar pun mengirim armada-armadanya untuk bertempur menghancurkan armada Usmani. Pertempuran di laut pun tak terelakkan dan sama kacaunya seperti di darat. Mehmet menyaksikan sendiri ketika armada lautnya bertempur dari kejauhan pantai. Perlawanan sengit armada Usmani semakin kewalahan ketika kapal-kapal dari Genoa dan Venezia membantu pihak Konstantinopel. Tujuan Mehmet dari rencana perlawanan di lautan adalah mencoba masuk ke Golden Horn (Tanduk Emas) karena ketika menguasai Golden Horn maka kesempatan menjebol sisi lemah Konstantinopel terbuka lebar dari arah Tanduk Emas tersebut. Namun yang belum diketahui pihak Usmani adalah bahwa untuk bisa masuk melewati Golden Horn ternyata sudah dikaitkan rantai yang amat besar yang menjulang diantara dua sisi teluk tersebut. Pertempuran di lautan ternyata tidak berbuah manis bagi armada Usmani. Mereka kalah secara taktik dan strategi tempur juga ukuran kapal yang tak sebanding dengan kapal-kapal lawannya. Mehmet yang melihat kejadian tersebut membuatnya marah juga kecewa.

 20 – 28 April 1453, kekalahan di lautan armada Usmani menjadi pukulan telak bagi Mehmet dan pasukannya. Kondisi ini mempengaruhi mental dan psikis para prajurit. Kekecewaan Mehmet ditambah dengan terbelahnya prajurit-prajuritnya yaitu antara yang optimis dan mereka yang pesimis. Dalam kegalauan ini, Mehmet menjadi tertutup dan sering mengurung diri di tendanya. Namun, melihat Sultan yang sudah beberapa hari tidak keluar tenda. Akhirnya wazir Halil Pasha mendatangkan guru Sultan Mehmet yang bernama Syeikh Akshemsettin (Akhsamsuddin). Sang guru dibawa menuju tenda peristirahatan sang sultan dan akhirnya menemui muridnya tersebut. Mehmet terkejut dengan kedatangan gurunya tersebut, lalu sang guru mulai memberi wejangan, semangat dan motivasi untuk bangkit dan mencapai kemenangan. Mehmet pun akhirnya bersemangat kembali setelah sang guru memberikan ketenangan dan nasehat-nasehat untuknya. Kekuatan pun disusun kembali. Mehmet memaksimalkan kekuatan yang ada. Dia didampingi wazir-wazirnya dan gurunya serta panglima perangnya menyusun strategi penyerangan kembali. Mehmet mulai mengerti bahwa kekalahan di lautan disebabkan karena rantai yang ada di sisi Golden Horn. Untuk itu Mehmet mulai berpikir dan mencari cara mengatasi hambatan tersebut. Sehingga terpikirkanlah untuk memindahkan kapal-kapalnya yang ada di Selat Bosporus menuju Golden Horn tanpa melewati rantai tersebut. Mehmet memberi komando agar kapal-kapal Usmani diangkut melewati daratan Galata menuju Lembah musim semi dekat Golden Horn. Ide gila ini sama sekali tak terpikirkan oleh siapapun bahkan orang-orang Konstantinopel. Pada 21 Apri 1453, kapal-kapal Usmani diparkirkan di Galata untuk ditarik menaiki bukit lalu turun ke perairan Golden Horn. Mehmet dan pasukannya menggunakan tenaga hewan dan manusia dalam menarik kapal-kapal tersebut. Dan pada pagi hari tanggal 22 April, sekitar 70 kapal Usmani berhasil dipindahkan dari bukit Galata ke perairan Golden Horn. Kejadian ini membuat mata orang-orang Konstantinopel takjub dan takut. Kengerian di dalam kota Konstantinopel tak terelakkan. Sang kaisar dihantui kepanikan sangat, mengingat perlawanan akan dilakukan Usmani melalui dua arah kota yang vital. Pasukan Konstantinopel berjuang untuk melawan armada Usmani di Golden Horn dengan pasukan seadanya karena pasukan utama di depan tembok juga sibuk dengan perlawanan. Pada akhirnya Konstantinopel harus mengakui keunggulan Usmani kali ini dan orang-orang Konstantinopel semakin panik akan kejatuhan kotanya.

Perlawanan silih berganti dilancarkan baik pasukan Usmani maupun Konstantinopel. Meriam-meriam Usmani membombardir tembok Konstantinopel yang perkasa namun tetap tidak membuahkan hasil. Pasokan logistik dan senjata Usmani semakin menipis tak terasa mereka sudah berperang hampir lebih sebulan lamanya. Korban berjatuhan dikedua belah pihak namun Usmani lebih banyak. Pergantian musim memberikan efek fisik dan psikis bagi pasukan Usmani. Kekuatan tembok Konstantinopel begitu perkasa bahkan setelah armada pasukan Usmani menguasai Golden Horn pun masih belum bisa mendobrak kota itu. Kelelahan, ketakutan dan putus asa mulai menghantui pasukan Usmani kali ini. Mehmet mengerti betul kondisi ini. Perlawanan pasukannya selama awal Mei hingga tanggal 25 masih tidak menghasilkan kemenangan. Mehmet pun kembali merenung dan didesak memutuskan apakah lanjut pertempuran atau melakukan perjanjian damai dengan Konstantinopel. Akhirnya Mehmet memanggil para wazir-wazirnya untuk memutuskan lanjut perang atau mundur melakukan perdamaian. Di pihak wazir pun terjadi perdebatan sengit antara Halil pasha yang menginginkan jalur perdamian dan mundur dari peperangan dan Zaganos pasha yang menyarankan untuk melakukan serangan kembali ke kota Konstantinopel. Akhirnya, Mehmet memutuskan untuk melanjutkan misi mereka dan melakukan serangan umum terakhir ke Konstantinopel.

Tanggal 26 Mei Mehmet kembali membangun barisan pasukannya baik di darat dan di laut. Mehmet memotivasi prajurit-prajuritnya untuk bertempur habis-habisan kali ini. Pilihannya menang atau mati syahid. Serangan dilancarkan melalui berbagai sisi tembok Konstantinopel dan kubu bertahan melakukan perlawanan yang keras juga. Pasukan Usmani mengalami penurunan jumlah karena hasil pertempuran selama sebulan lebih. Tembok yang mereka hancurkan dapat kembali ditambal dengan baik oleh pasukan Konstantinopel. Hingga sampai tanggal 27 Mei, serangan yang dilancarkan pasukan Usmani masih sulit menembus pertahanan Konstantinopel yang dijaga tembok perkasanya. Derita serangan selama 2 hari itu kembali hanya menghasilkan prajurit-prajurit Usmani yang semakin banyak menjadi korban. Namun tembok perkasa Konstantinopel memiliki pekerjaan rumah yang berat untuk diselesaikan karena hancur parah dan kondisi pasukan mereka pun tersisa tak banyak. Akhirnya Mehmet menghentikan serangan tersebut sejenak. Dia kembali membangun pasukannya yang sudah kepayahan dan diambang keputusasaan. Mehmet bersiap melakukan serangan terakhir pada tanggal 29 Mei 1453. Sebelum tanggal tersebut pada tanggal 28 Mei, Mehmet mengajak dan menyerukan seluruh pasukannya untuk berpuasa dan melakukan ibadah untuk berdoa kepada Allah untuk kemenangan Islam juga menghindari hal-hal yang berbau maksiat agar jalan pertempuran diberkahi. Seluruh tenda-tenda pasukan menjadi hening, doa-doa dipanjatkan oleh para syeikh dan pemuka agama. Khotbah-khotbah tentang penaklukkan Konstantinopel didengungkan dan motivasi serta semangat digelorakan menuju hari terakhir serangan. Mehmet mengecek segala persiapan pada tanggal 28 Mei baik pasukan daratnya maupun armada lautnya. Setelah terbenamnya matahari, seluruh pasukan berbuka puasa bersama dan kembali melakukan doa bersama untuk kelancaran pertempuran esok hari.

Pada dini hari tanggal 29 Mei, Mehmet bersiap diri, melaksanakan sholat dan memanjatkan doa untuk kemenangan kaum muslimin. Setelahnya Mehmet menggunakan baju zirah dan perlengkapan perangnya. Dia memimpin pasukannya dini hari itu dengan membagi beberapa tahapan serangan dengan pasukan yang berbeda. Pasukan pertama yang maju ke medan pertempuran adalah pasukan Azaps. Pasukan ini adalah pasukan yang dikumpulkan dari berbagai provinsi dan daerah kekuasaan Usmani. Pasukan ini mendapat komando untuk bertempur mulai pukul setengah dua dini hari hingga sekitar pukul empat pagi. Kobaran api, letupan meriam dimana-mana menandakan peperangan begitu sengit. Suara takbir yang tak henti-henti dari pasukan Usmani terdengar di depan tembok Konstantinopel. Hingga hampir pukul empat pagi, kondisi pertempuran masih belum memberikan efek apa-apa bagi kubu lawan. Akhirnya Mehmet mengerahkan pasukan Infantrinya, yaitu pasukan yang dipersenjatai dengan lengkap. Pasukan ini menggantikan pasukan Azaps yang sudah kewalahan dan menelan banyak korban. Pasukan Infantri Mehmet membombardir pasukan lawan dengan sengit. Tembakan meriam masih membisingkan suasana sengit tersebut. korban-korban berjatuhan baik dari pihak Usmani dan Konstantinopel. Hingga pukul enam pagi, tembok Konstantinopel menolak untuk dihancurkan. Mehmet mulai frustrasi melihat pasukannya hanya menjadi korban dari pertempuran sejak dini hari tadi. Jumlah pasukannya pun sudah menurun drastis. Dia hanya mempunyai sekitar 5.000 pasukan Janisarinya untuk melakukan serangan yang bisa dikatakan serangan terakhir. Akhirnya pada pukul enam pagi, pasukan Infantri ditarik mundur dan digantikan pasukan Janisari yang adalah pasukan khusus Usmani. Pasukan dengan loyalitas yang tinngi untuk kesultanan. Pasukan Janisari melakukan pertempuran jarak dekat hingga akhirnya meriam Orban atau Basilica pada pagi itu mampu membuat lubang di tembok Konstantinopel yang tidak bisa ditambal lagi oleh pasukan Konstantinopel sehingga menjadi pintu masuk untuk pasukan Usmani menaklukkan kota. Akhirnya pagi itu sekitar pukul sepuluh pagi tanggal 29 Mei 1453, Mehmet dan pasukan Usmani berhasil menguasai kota Konstantinopel. Kemenangan yang dijanjikan dalam sabda Nabi Muhammad menjadi kenyataan. Dengan keimanan yang kuat dan bertawakal kepada Allah SWT, sultan Mehmet dan pasukannya berhasil menaklukkan kota Konstantinopel.

Setelah berhasil menguasi kota, Mehmet berjalan-jalan dengan kudanya didampingi para wazir dan para panglimanya serta sang guru yaitu syeikh Akhshemsettin. Mehmet sampai di depan gereja terindah dan termegah di Konstantinopel yaitu gereja St. Sophia. Mehmet menuruni kudanya lalu bersujud di halaman gereja tersebut lalu mengambil segenggam tanah dan lantas menaburkannya diatas turban kepalanya sembari mengucap rasa syukur kepada Allah SWT. Setelah itu, Mehmet masuk kedalam gereja megah tersebut dan mendapati banyak warga Konstantinopel yang berlindung karena ketakutan. Dengan sifat lembut dan tolerannya, Mehmet mengayomi semua warga dalam gereja tersebut dan memberikan perlindungan untuk seluruh warga Konstantinopel. Sementara gereja St. Sophia dialih fungsikan menjadi masjid dengan nama “Aya Sofia”. Pernak-pernik, patung-patung didalam gereja ditutupi kain dan diganti dengan tulisan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.

REVIEW BUKU 1453

Menurut saya, bila kalian yang ingin membaca Sejarah tentang penaklukkan Konstantinopel 1453 sepertinya buku ini patut dibaca. Sebab penulis buku ini Roger Crowley menceritakannya dengan amat baik. Begitu dramatis, taktis, heroik dengan referensi-referensi dari catatan-catatan langsung saksi mata pertempuran sengit tersebut. Penggambaran tokoh-tokoh terkait konflik dua bangsa ini pun dijelaskan dengan kuat. Kekuatan penulis buku ini adalah bagaimana Dia menggambarkan keadaan awal, pertengahan, hingga akhir pertempuran dengan dramatis dan heroik. Terkesan seperti melihat sebuah  video dokumenter. Kengerian dan ketajaman cerita ditulis dengan amat halus menghindari penulis dari keberpihakan. Detail-detail dalam perjalanan pertempuran juga diceritakan dengan bagus sehingga kita bisa melihat kekuatan dan kesungguhan perjuangan. Menariknya diakhir buku yaitu dalam epilog, berisi tentang penjelasan penulis atas referensi-referensi yang Ia dapatkan untuk menulis buku ini. Bagi saya sendiri, epilog ini sangat bagus untuk menempatkan posisi penulis yaitu Roger Crowley sebagai seorang peneliti dan penulis tanpa berpihak pada siapapun. Penulis pun menegaskan bahwa buku karyanya ini merupakan sebuah tulisan untuk mengangkat kembali kisah yang begitu bersejarah bagi peradaban Islam dan dunia.

DETAIL BUKU

Judul Buku : 1453 Detik-detik Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Muslim

Penulis : Roger Crowley

Penerjemah : Ridwan Muzir

Editor : Muhammad Husnil

Penerbit : Pustaka Alvabet

ISBN : 978-979-3064-99-4

Tahun Terbit : 2011

 

 TERIMA KASIH

 

Komentar

POSTINGAN POPULER

MENGOBATI IKAN MAS KOKI YANG TERKENA PENYAKIT BERCAK MERAH DI BADAN

LEBIH MENGENAL INFJ

INFJ DOORSLAM

KISAH RONALD READ DAN RICHARD FUSCONE

REVIEW BUKU QUIET IMPACT TAK MASALAH JADI ORANG INTROVER

PERBEDAAN POIN KOMPETITIF DAN POIN KOMPETITIF LANJUTAN PADA FC MOBILE

REVIEW BUKU BREAKING THE HABIT OF BEING YOURSELF

CARA MENINGKATKAN OVER PEMAIN DAN MELATIH PEMAIN DALAM GAME FC MOBILE

REVIEW BUKU CATATAN SEORANG DEMONSTRAN SOE HOK GIE

DARI AQUASCAPE KE AQUARIUM IKAN MAS KOKI