REVIEW NOVEL MISTERI KEMATIAN POE: Menguak teka-teki di balik kematian sastrawan Amerika Edgar Allan Poe (1809-1849)

NOVEL MISTERI KEMATIAN POE
Menguak teka-teki di balik kematian sastrawan Amerika Edgar Allan Poe (1809-1849)

“Pearl memadukan fakta dan fiksi dengan amat piawai (Publisher weekly)”


SINOPSIS NOVEL
Pengacara muda Quentin Clark asal Baltimore, merupakan seorang pengagum berat penulis dan penyair Edgar Allan Poe. Kematian Poe menyita pikiran dan batin pengacara muda tersebut. Quentin Clark yang menganggap Mr. Poe sudah seperti temannya karena beberapa tahun belakangan, Mr. Poe dan Quentin saling berbalas surat. Karena terkagum dengan tulisan-tulisan Poe, Quentin berusaha menggali makna yang sulit dia dapatkan dari tulisan-tulisan Mr. Poe dengan cara mengirimi surat sang penulis.

Ketika tahu bahwa Mr. Poe meninggal dengan kondisi yang memprihatinkan, Quentin Clark sangat terpukul dan sedih karena kehilangan penulis yang dikaguminya serta teman berbalas suratnya. Hari demi hari Quentin dihantui rasa penasaran dengan kematian Mr. Poe. Ditambah penguburan Mr. Poe yang sangat menyedihkan karena dihadiri beberapa orang saja serta komentar-komentar aneh di setiap surat kabar di Baltimore memberitakan kematian sang penyair dan penulis Mr. Poe. Banyak dari orang-orang di Baltimore memberitakan kematian Mr. Poe karena hidupnya yang berantakan sebagai seorang pemabuk berat. Padahal di beberapa tulisan dan cerita, Mr. Poe sudah berjanji untuk tidak menjadi pemabuk dan itu tampak berjalan dengan baik. Namun kesan banyak orang di Baltimore berbeda bahwa Mr. Poe tewas karena hidupnya sendiri, begitu yang banyak di perbincangkan orang.

Hingga mendapati banyak hal negatif tentang Mr. Poe, Quentin Clark yang melihat keanehan dan keganjilan kematian sang penyair idolanya berupaya untuk mencari kebenaran dan keadilan tentang kematian Edgar Allan Poe. Quentin Clark pun mengorbankan waktunya baik sebagai pemuda yang penuh cinta dan seorang pengacara yang harus fokus dengan karirnya, menyelidiki keanehan dan keganjilan dari kematian Mr. Poe. Mulai bertanya-tanya tentang terakhir kali Mr. Poe terlihat sebelum meninggal, serta orang-orang terdekat Mr. Poe. Quentin bertemu Neilson saudara dari Mr. Poe dan penjaga gereja bernama Mr. Spence untuk mendapat keterangan lebih lanjut sebagai misi memecahkan teka-teki kematian penyair dan penulis Edgar Allan Poe.

Karangan-karangan anyar Mr. Poe seperti The Murder in The Rue Morgue, The Mystery of Marie Roget, The Purloined Letter, Thou Art the Man, The Gold-Bug, The Raven.

Quentin semakin dibuat gelisah dan penasaran perihal kematian Mr. Poe yang “malang”. Mencoba mencari informasi kesana-kesini yang bisa didapatkan tentang akhir-akhir hidup Mr. Poe. Dalam pencariannya Quentin “pengacara muda” menemukan secarik informasi di koran/surat kabar tentang tokoh fiksi rekaan M. Poe dalam tulisannya “The Murder in The Rue Morgue” yaitu bernama C. Auguste Dupin yang jenius mengungkapkan kejahatan. Di sisi lain, Quentin juga membaca bahwa tokoh fiksi seperti Dupin itu adalah gambaran dari tokoh nyata yang hidup di Perancis bernama Auguste Duponte. Duponte adalah seorang yang di kenal mahir menyelidiki kasus-kasus kejahatan di Paris. Quentin Clark merasa tertarik mengetahui siapa sebenarnya Duponte, dan apakah benar Duponte adalah tokoh nyata yang menginspirasi Edgar Allan Poe membuat tokoh fiksinya, Auguste Dupin. Dirasa perlu, Quentin menggembara hingga ke Perancis dengan tujuan menemukan Duponte dan meminta bantuan sang jenius tersebut memecahkan teka-teki kematian Mr. Poe. Pada akhirnya, dengan usahanya Quentin menemukan Auguste Duponte, namun seiring waktu Quentin pun mendapati penolakan dari Duponte yang masih belum tertarik dengan kasus Mr. Poe.

Di lain sisi, Quentin di pertemukan dengan tokoh bernama Baron Claude Dupin. Baron Dupin adalah pengacara terkenal yang selalu memenangkan kasus perkara di pengadilan. Kejeniusannya bisa dibilang sama dengan Auguste Duponte. Quentin di hantui delima tentang siapa sebenarnya dari kedua orang yang ditemuinya di Paris yang cocok untuk memecahkan teka-teki kematian Edgar Allan Poe. Duponte atau Claude Dupin. Hingga teka-teki ini mereka baik Quentin, Duponte, Baron Dupin berlayar ke Amerika berkompetisi mengungkap misteri kematian Edgar Allan Poe. Berbagai penyelidikan di mulai diantara mereka, Quentin bersama Duponte sedang Baron Dupin dengan asistennya bernama Bonjour.

Waktu demi waktu berlalu. Dengan Hasrat diantara 2 kubu yaitu kubu Duponte dan kubu Dupin untuk mengungkap misteri kematian Mr. Poe. Di dasarkan keinginan mencatatkan sejarah yang fenomenal dengan bisa mengungkap kematian sang penulis Edgar Allan Poe. Mereka mencari data-data yang di perlukan berkenaan kematian Mr. Poe. Baron Dupin menguji orang-orang yang terakhir bertemu dan berkomunikasi dengan Mr. Poe sebelum kematiannya. Begitupun Duponte “ahli analisis” menyiapkan strategi demi mendapat data-data atas keanehan dan kejanggalan kematian Mr. Poe. Sementara Quentin seolah seperti detektif mengikuti gerak-gerik Claude Dupin dalam menelusuri jejak-jejak terakhir Mr. Poe. Mereka bertemu tuan Moran, Dr. Snodgrass, Henry Reynolds yang merupakan saksi kunci yang berhubungan dengan Mr. Poe di hari-hari terakhirnya di Baltimore.

Persaingan mendapatkan data-data terkait kematian Mr. Poe berlanjut antara Baron Dupin dan Quentin. Baron Dupin dengan kepintarannya dibantu asistennya mendapat kedetailan data dari Dr. Snodgrass yang melihat hari-hari terakhir Mr. Poe. Sementara Quentin bertemu “hantu lama” yaitu temannya yang bernama Benson. Benson adalah anggota organisasi anti minuman keras di Richmond, kehadirannya mendorong kasus kematian Mr. Poe untuk di ungkap, karena berkaitan dengan kabar penyebab matinya Mr. Poe oleh minuman keras. Quentin dan Benson berupaya membuktikan bahwa opini dan tuduhan tersebut keliru. Quentin pun bersemangat karena mendapat partner dalam penyelidikan ini. Walaupun Quentin dihadapkan dengan kondisi yang menyedihkan bahwa tunangannya yang bernama Hattie mengkhianati cintanya dan bertunangan dengan Peter yang adalah sahabat Quentin. Quentin pun dihadapkan suasana pikiran yang bimbang bahwa Claude Dupin mungkin sosok yang menjadi inspirasi dari tokoh fiksi rekaan Edgar Allan Poe yaitu C. Auguste Dupin.

Pencarian atas bukti-bukti analisis kematian Mr. Poe semakin mendapati kemajuan. Baik Baron dan Duponte berjuang memecahkan kasus kematian Mr. Poe. Quentin kembali dilanda kebimbangan, yang tadinya Quentin merasa bahwa Baron adalah replika dari tokoh fiksi Auguste Dupin. Kali ini Quentin dengan melihat pengalaman dan kejeniusan Auguste Duponte mencari analisis kematian Mr. Poe, menganggap Duponte lah yang menjadi replika tokoh fiksi Auguste Dupin dalam karya Edgar Allan Poe. Ketertarikan Quentin dalam mengungkap kematian Mr. Poe membawa dirinya terhanyut dalam pencariannya dan seperti kehilangan akal. Quentin yang membuntuti Baron dalam mencari teka-teki kematian Mr. Poe, pada suatu waktu di tuduh dan di dakwa sebagai orang yang mencoba mencelakai Baron. Dakwaannya adalah percobaan pembunuhan terhadap Baron. Quentin di jebloskan ke penjara selama beberapa bulan atau tahun membuat dirinya semakin frustrasi dengan hidupnya. Setelah keluar penjara, Quentin, karena di rasa sudah terlanjur terjun dalam dunia Mr. Poe. Quentin yang pada saat itu dihantui bahwa keganjilan kematian Mr. Poe seperti bohong dan menganggap Mr. Poe masih hidup. Obsesi gila Quentin dalam memecahkan teka-teki kematian Mr. Poe membuat dirinya penasaran akan kuburan Mr. Poe dan dia pun kembali ke pemakaman Edgar Allan Poe untuk mendapatkan temuan baru. Sebelum sampai di pemakaman, Quentin tidak sadarkan diri karena pingsan terjatuh dan di temukan oleh sepupu Edgar Allan Poe yaitu Mr. Neilson. Neilson menolong Quentin yang jatuh pingsan dalam keadaan berantakan dan kotor. Setelah siuman, Quentin kembali berbincang-bincang dengan Neilson tentang Edgar Allan Poe.

Setelah mendapat sedikit penjelasan tentang hubungan antara Edgar Allan Poe dan sepupunya. Quentin kembali dengan rutinitas anehnya”mengorek teka-teki kematian Mr. Poe”. Dalam pencariannya kali ini dia mendapati Mr. Sand, seorang tokoh terkenal di Paris yang setelah di telusuri mempunyai saudara yang bernama Auguste Dupin, nama yang identik dengan tokoh fiksi karangan Mr. Poe. Juga didapati bahwa saudara Mr. Sand tersebut, Auguste Dupin sudah meninggal dunia. Dugaan Quentin terhadap penamaan karakter imajiner Mr. Poe yaitu Auguste Dupin berasal dari saudara Mr. Sand yang sengaja di hidupkan kembali oleh Edgar Allan Poe tapi sebagai tokoh seorang yang jenius dalam mengungkap kejahatan.

Quentin dan Duponte menelusuri berbagai kemungkinan keanehan dan keganjilan perjalanan Mr. Poe hingga hari-hari terakhirnya. Saksi-saksi ditemui yaitu orang-orang terakhir yang melihat Mr. Poe juga majalah-majalah dan artikel-artikel yang memuat kabar kematian Mr. Poe, sebagai bahan analisis Quentin dan Duponte. Pada suatu waktu akhirnya hubungan Quentin dan Peters sahabat dan rekan kerjanya kembali membaik dan hubungan Quentin dengan Hattie pun kembali terjalin karena Hattie hanya ingin bersama dan mendukung setiap langkah hidupnya untuk Quentin tersayang. Pada akhirnya semua data-data analisis di kumpulkan dan di urutkan untuk menjadi bukti pada persidangan memulihkan nama besar Edgar Allan Poe yang tercoreng atas kematiannya yang mengenaskan.

Hari persidangan pun tiba. Quentin dan Duponte dan beberapa saudara dan teman Quentin datang memberi dukungan moral dan berharap Quentin bisa menuntaskan hantu teka-teki kematian penyair dan penulis Edgar Allan Poe. Quentin dan Duponte menyatakan di depan pengadilan bahwa kematian Mr. Poe yang sarat akan keanehan dan keganjilan dimulai dari perjalanannya yang aneh. Mr. Poe tidak sama sekali berniat berhenti di kota Baltimore, karena tujuan Mr. Poe adalah ke Philadelphia untuk menemui mertuanya yang di sayanginya. Dan perjalanannya harusnya dari Richmond menuju New York terus ke Philadelphia, namun entah kenapa Mr. Poe sampai di Baltimore.

Quentin dan Duponte menjelaskan, Mr. Poe mungkin saja ditodong dan diculik segerombolan orang saat menaiki kereta api menuju Philadelphia. Gerobolan ini mempunyai tujuan dan suruhan dari suatu pihak. Mr. Poe yang ditemukan di hotel Ryan tempat pemilihan anggota asosiasi anti minuman keras dan tempat pemilihan otoritas pejabat setempat. Mr. Poe yang mempunyai nama besar dirasa bisa memberikan efek elektabilitas bagi satu pihak untuk memenangkan pemilihan, namun itu jauh dari kebenaran menurut Duponte. Meskipun unsur politik sangat kental. Mr. Poe juga bercita-cita membuka kantor majalah yang akan di beri nama “The Stylus” sebagai pendobrak majalah modern pada saat itu, mungkin saja persaingan antar surat kabar dan majalah pada saat itu ingin menolak kehadiran Mr. Poe dengan idenya membuat “The Stylus” sehingga di rasa akan menjadi persaingan bisnis. Mr. Poe bisa saja di musuhi. Namun hal terkuat yang bisa di sampaikan atas kematian Edgar Allan Poe yang dirasa seorang pemabuk yang kuat, padahal sudah terbantahkan bahwa Mr. Poe sudah berhenti menjadi pemabuk. Tapi Duponte menyatakan Mr. Poe memang tidak sampai mabuk tapi Mr. Poe tetap meminum seteguk anggur/alkhol dalam perjalanan hari-hari terakhirnya dan itu adalah seteguk yang mematikan. Mungkin saja di racun atau overdosis. Namun itulah hari-hari terakhir Edgar Allan Poe.

Setelah memberi keterangan atas kematian yang aneh penulis besar Edgar Allan Poe. Quentin merasa lega dan gembira. Sudah menyelesaikan misi yang mempertaruhkan hidupnya dan reputasinya sebagai pengacara. Dan hutangnya kepada Mr. Poe sebagai teman dan idola sudah terbayarkan. Keterangannya di pengadilan membuat nama besar Mr. Poe kembali terjaga dan baik. Bukan lagi di cap sebagai penyair dan penulis yang mati mengenaskan karena mabuk-mabukan. Hari itu pun di pengadilan adalah hari terakhir Quentin melihat Auguste Duponte rekan kerjanya dalam memecahkan teka-teki kematian Mr. Poe. Persis seperti kata Duponte bahwa “tokoh fiksi C. Auguste Dupin tidak pernah hidup di kenyataan, dia hanya tokoh fiksi rekaan Edgar Allan Poe yang jenius. Misi mu Quentin mencari C. Auguste Dupin sudah selesai.

REVIEW NOVEL
Salah satu novel yang berat menurut saya bukan saja karena terdiri dari 800 halaman melainkan isi cerita dalam novel ini adalah penggabungan luar biasa antara fiksi dan fakta. Novel ini berupaya memberikan pembacanya cara lain untuk melihat dan mengetahui akhir hidup dari penulis besar Amerika yaitu Edgar Allan Poe. Fakta yang di temukan terkait Edgar Allan Poe di ceritakan ulang dengan memasukan unsur fiksi ketokohan seperti Quentin pengacara muda. Dalam membacanya perlu imajinasi membayangkan suasana Baltimore sekitar tahun 1849 pada saat Edgar Allan Poe ditemukan di Hotel Ryan. Isi cerita yang sangat detail terkadang membuat saya tidak sabar untuk mengetahui inti ceritanya. Banyaknya tokoh-tokoh dalam plot-nya membuat saya harus mengingat-ingat agar tetap bisa mengikuti alur cerita.

Alur cerita novel ini menurut saya juga berjalan lambat sehingga terkadang saya harus berhenti membaca bila sudah agak lelah daripada apa yang saya sudah baca tidak saya mengerti. Karena alur lambat tersebut membuat saya atau pembaca menjadi tidak sabar menanti akhir dari cerita novel ini. Dan setelah menyelesaikan hingga akhir isi novel dari Matthew Pealr ini, saya merasa puas karena mengetahui akhir dari petualangan Quentin dan Duponte dalam menyelidiki kematian Edgar Allan Poe. Sekali lagi kisah yang luar biasa dalam memadukan fiksi dan fakta oleh Matthew Pearl. Kalau pembaca mengenal sosok sastrawan terkenal Edgar Allan Poe sepertinya kalian wajib baca novel satu ini. Untuk yang belum tahu pun, mungkin novel satu ini adalah pintu masuk untuk mengenal siapa Edgar Allan Poe.


CATATAN SEJARAH
Edgar Allan Poe meninggal dunia pada umur 44 tahun di Rumah Sakit Baltimore pada 7 Oktober 1849, empat hari sesudah ditemukan di penginapan dan kedai minum Ryan dalam keadaan mengenaskan dan menyedihkan. Pada 26 atau 27 September, Poe meninggalkan Richmond, Virginia, dengan menggunakan kapal uap dalam perjalanan menuju penginapannya di New York, dan singgah di Philadelphia untuk mengedit sebuah buku puisi karya penulis bernama Marguerite St. Leon Loud. Poe meminta mertua perempuannya, Maria Clemm, untuk mengirim surat kepadanya ke Philadelphia dengan menggunakan nama samaran E.S.T. Grey. Tetapi Poe, dari apa yang kita ketahui, tidak pernah sampai Philadelphia atau pulang ke New York; sebaliknya, ia justru melakukan kunjungan terakhir dan tanpa pemberitahuan sebelumnya ke Baltimore. Detail-detail tentang kemana ia pergi selama lima hari kemudian-sejak kedatangannya dengan menggunakan kapal hingga kemunculannya di penginapan Ryan pada hari pemungutan suara-sama sekali tidak diketahui. Inilah salah satu celah paling gelap dalam sejarah kesusasteraan.

Penguburan Poe dilakukan dengan sangat sederhana oleh pendeta Wiliam T.D Clemm di pemakaman Westminster Presbyterian pada tanggal 8 Oktober. Ada empat orang yang berkabung dan datang ke tempat itu: kerabat Poe, Neilson Poe dan Henry Herring, sahabatnya, Dr. Joseph Snodgrass, mantan teman sekelasnya, Z. Collins Lee.Laporan-laporan tentang suasana dan saling berlawanan dan kemudian makin membingungkan dengan terbitnya sebuah memoar karya Rufus Grisworld, di mana berbagai fakta dan bahkan kutipan pun dipalsukan. Puluhan tahun sudah berlalu, berbagai teori dan rumor tentang kematian Poe pun makin bertambah, yang dituturkan baik oleh mereka yang mengenal dan tidak mengenal Poe.

Buku di tangan pembaca ini memberikan detail-detail tentang kematian Poe yang paling autentik dan ditambah dengan temuan-temuan orisinal yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Semua teori dan analisis tentang kematian Poe dalam buku menggunakan fakta-fakta sejarah dan bukti yang diyakini. Riset dan penelitian asli atas berbagai sumber, termasuk arsip-arsip dan berbagai tempat penyimpanan di enam negara bagian, dimaksudkan untuk memberikan sumbangan kepada novel ini dengan pengujian yang jelas tentang persoalan ini. Beberapa tambahan baru tentang kematian Poe yang muncul untuk pertama kalinya di sini meliputi: kebakaran di rumah N.C. Brooks di sekitar waktu kedatangan Poe di Baltimore dan usaha untuk menemuinya.; peran George Herring sebagai ketua kelompok Whigs di Fourth Ward dan kehadirannya di Hotel Ryan saat diselenggarakan pemilihan dan pemungutan suara, dan kemungkinan keterkaitan hal ini dengan kedatangan Henry Herring pada 3 Oktober di Hotel Ryan yang tak bisa dijelaskan sebelumnya; ketokohan Joseph Snodgrass yang sangat berpengaruh di komite anti minuman keras untuk mendukung dikeluarkannya Sunday law dan peran utamanya dalam memperbaiki tindakan memalukan yang dilakukan John Watchman sebelum pemilihan tanggal 3 Oktober; adanya puisi dari penulis Philadelphia, Marguerite St. Leon Loud pada 1851, “The Stranger’s Doom”- mungkin puisi pertama yang diterbitkan tentang kematian Poe, yang diidentifikasi, dianalisis, dan adanya surat yang belum pernah ditemukan sebelumnya untuk “Grey, E.S.T.F.” di kantor pos Philadelphia dalam minggu-minggu terakhir kehidupan Poe (sangat mungkin surat terakhir yang ditujukan kepada Poe), dan juga analisis orisinal yang dikemukakan di sini tentang berbagai alasan Poe menggunakan nama aneh, yakni”Grey”.

Detail-detail langka lainnya adalah: hal-hal khusus tentang interaksinya dengan-dan masuknya Poe sebagai anggota-perkumpulan anti alkohol, Shockoe Hill Sons of Temperance, Gerakan para pekerja Patriot di Baltimore yang mengumpulkan uang untuk makam Poe, persiapan pidato pemakaman Pendeta Clemm yang lebih panjang ketimbang sebelumnya, gambaran fisik dari dalam catatan Walker, dan puisi tentang kematian Poe yang tak banyak diketahui dari Dr. Snodgrass juga dimuat dalam buku ini.

Bahkan dengan menggabungkan sebanyak mungkin riset dan penelitian orisinal untuk memperoleh kejelasan tentang berbagai peristiwa itu, novel ini berusaha sebisa mungkin untuk tetap setia secara historis pada apa yang diketahui tokoh-tokoh itu tentang Poe sekitar tahun1850, yang kadang berbeda dari apa yang kita ketahui sekarang. (Contoh-contoh bagus dalam hal ini mencakup tahun dan tempat kelahiran Poe dan statusnya sebagai anak angkat oleh keluarga Allan, yang tetap diperdebatkan selama berpuluh-puluh tahun sesudah kematian Poe, sebagian karena Poe sendiri menutup-nutupi detail-detail biografinya sendiri). Seluruh kutipan dari koran-koran tentang kematian Poe dan keadaan di sekitarnya berasal dari artikel-artikel abad kesembilan belas, dan semua kutipan yang dinisbatkan pada Poe memang ditulis atau diucapkan olehnya. Pada usia 20 tahun, Edgar Allan Poe memang bertindak sebagai agen bagi calon mertuanya, Maria Clemm, dalam usaha menjual Edwin, budak berumur 20 tahun, seharga 40 dolar kepada keluarga kulit hitam di Baltimore, sebuah cara untuk menghindarkan budak dari perdagangan budak.

Gambaran tentang Baltimore dan paris pada sekitar 1859 direkonstruksi dari berbagai memoar, buku panduan, peta, teks-teks sastra waktu itu. Kepolisian Baltimore dan Paris, Louis Napoleon di Paris, dan Hope H. Slatter, dan Elizabeth Patterson Bonaparte di Baltimore disesuaikan dengan peristiwa-peristiwa rekaan dalam novel ini, dengan menggunakan segenap tujuan dan motif sejarah yang mereka miliki.

Quentin Clark adalah tokoh rekaan, tetapi dalam dirinya hidup sebagai pandangan dan kata-kata dari beberapa pembaca yang merupakan penggemar saat karya-karya sastra Poe dinilai rendah dan sering difitnah dari segi moral maupun karakternya. Sumber-sumber utama bagi Quentin dan hubungannya dengan Poe adalah George Eveleth dan Philip Pendleton Cooke, yang pernah mengadakan surat-menyurat dengan Poe. Banyak karakter dalam buku ini yang berhubungan dengan Poe dan kematiannya, termasuk penjaga gereja George Spence, Neilson Poe, Henry Herring, Henry Reynolds, Dr. John Moran, Benson dari Shockoe Hill of Temperance, dan Dr. Snodgrass, memang benar-benar ada dan nyata, dan gambaran tentang mereka pun berdasarkan tokoh-tokoh historis. Mereka menggambarkan berbagai agenda moral dan sastra yang membingkai berbagai peristiwa tentang kematian Poe bahkan hinga hari ini.

Selama lebih dari satu abad, telah dilakukan berbagai usaha untuk menemukan Dupin asli yang menjadi inspirasi cerita-cerita misteri Poe. Auguste Duponte dan Baron Dupin adalah rekaan, tetapi diambil dari sekian banyak calon”Dupin”yang masih belum terungkap. Daftar panjang ini mencakup juga seorang guru Perancis, C. Auguste Dubouchet, dan seorang pengacara terkenal, Andre-Marie-Jean-Jacques Dupin.

Meskipun banyak orang sangat ingin menyusuri liku-liku kematian Poe dalam usaha memecahkan misterinya, apa yang dilakukan Quentin hanyalah rekaan belaka. Segenap Tindakan dan beberapa temuan spesifik memberi jalan kepada para peneliti amatir terdahulu, yang kemudian diteruskan oleh para sarjana dan ahli teori yang mempelajari persoalan itu. Maria Clemm, Neilson Poe dan Mr, Benson diam-diam berusaha menghimpun informasi tepat sesudah kematian Poe, ketika jejak-jejak dari hari-hari terakhirnya masih belum jelas.


DETAIL BUKU
Judul Novel: Misteri Kematian Poe
Penulis: Matthew Pearl
Penerbit: Q-Press
Penerjemah: M.H. Lubis
Penyunting: M.S. Nasrulloh
Desain Sampul: Prasajadi
Tata Letak: Taufik Lubis
ISBN: 978-979-1174-28-2

TENTANG PENULIS
Matthew Pearl adalah pengarang sebuah novel terlaris versi New York Times berjudul The Dante Club dan editor Inferno karya Dante terbitan The Modern Library Editions (diterjemahkan oleh Henry Wadsworth Longfellow) dan The Murder of Rue Morgue: The Dupin Tales karya Edgar Allan Poe. Novel perdananya The Dante Club, Bandung: Q-Press, Agustus 2005) telah diterbitkan dalam lebih dari 30 bahasa dunia, termasuk edisi bahasa Indonesia, di 40 negara. Pearl lulus dari Harvard University dengan yudisium summa cum laude dalam bidang studi Sastra Inggris dan Amerika serta memperoleh gelar doctor pada tahun 2000 dalam bidang hukum dari Yale Law School. Saat ini ia mengajar mata kuliah sastra di Harvard Emerson College. Ia tinggal di Cambridge, Massachussets dan bisa dihubungi melalui websitenya: www.matthewpearl.com.

THANK YOU…

Komentar

  1. The Raven sama The Narrative of Arthur Gordon Pym of Nantucket, favorit saya

    BalasHapus

Posting Komentar

POSTINGAN POPULER

MENGOBATI IKAN MAS KOKI YANG TERKENA PENYAKIT BERCAK MERAH DI BADAN

LEBIH MENGENAL INFJ

INFJ DOORSLAM

KISAH RONALD READ DAN RICHARD FUSCONE

PERBEDAAN POIN KOMPETITIF DAN POIN KOMPETITIF LANJUTAN PADA FC MOBILE

CARA MENINGKATKAN OVER PEMAIN DAN MELATIH PEMAIN DALAM GAME FC MOBILE

REVIEW BUKU QUIET IMPACT TAK MASALAH JADI ORANG INTROVER

DARI AQUASCAPE KE AQUARIUM IKAN MAS KOKI

REVIEW BUKU BREAKING THE HABIT OF BEING YOURSELF

REVIEW BUKU CATATAN SEORANG DEMONSTRAN SOE HOK GIE