KARAKTERISTIK UTAMA KEPEMIMPINAN

KARAKTERISTIK UTAMA KEPEMIMPINAN

Berikut faktor-faktor penting kepemimpinan menurut Napoleon Hill dalam bukunya Think and Grow Rich (halaman 180-181):
  1. Gagah berani berdasarkan pengetahuan atas dirinya sendiri dan bidang yang dikuasainya. Pengikut tidak ingin didominasi oleh seorang pemimpin yang tidak memiliki rasa percaya diri dan keberanian. Pengikut yang cerdas tidak mau dipimpin oleh pemimpin seperti itu dalam waktu lama.
  2. Pengendalian diri. Orang yang tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri tidak dapat mengendalikan orang lain. Pengendalian diri adalah contoh yang baik bagi pengikut, yang akan ditiru oleh pengikut yang lebih cerdas.
  3. Adil. Tanpa rasa keadilan, pemimpin tidak akan dapat memimpin dan menjaga rasa hormat dari para pengikutnya.
  4. Ketetapan keputusan. Orang yang tidak mantap dengan keputusannya adalah orang yang tidak yakin dengan dirinya sendiri, sehingga tidak akan berhasil memimpin orang lain.
  5. Ketetapan rencana. Pemimpin yang sukses harus merencanakan pekerjaan dan mengerjakan rencana tersebut. Seorang pemimpin, yang bekerja dengan menebak-nebak, tanpa rencana praktis dan pasti, ibarat kapal tanpa baling-baling. Cepat atau lambat kapal akan menabrak karang.
  6. Melakukan lebih dari yang diminta. Salah satu kutukan kepemimpinan adalah perlunya kemauan pemimpin untuk melakukan sesuatu lebih dari yang dilakukan oleh pengikut mereka.
  7. Kepribadian yang menyenangkan. Orang yang ceroboh dan tidak rapi tidak dapat menjadi pemimpin yang berhasil. Kepemimpinan mengundang rasa hormat. Pengikut tidak akan menghormati pemimpin yang tidak memiliki kepribadian yang menyenangkan.
  8. Simpati dan memahami. Pemimpin yang berhasil wajib memiliki simpati kepada pengikutnya. Selain itu, pemimpin juga harus memahami mereka dan permasalahan mereka.
  9. Penguasaan akan detail. Kepimpinan yang berhasil membutuhkan penguasaan atas detail sebagai pemimpin.
  10. Kemauan mengambil alih tanggung jawab sepenuhnya. Pemimpin yang berhasil harus mau mengambil alih tanggung jawab atas kesalahan dan kekurangan pengikutnya. Jika berusaha menghindar dari tanggung jawab ini, mereka tidak akan lagi menjadi pemimpin. Jika pengikut melakukan kesalahan, dan menjadi tidak mampu, yang salah adalah sang pemimpin.
  11. Kerja sama. Pemimpin yang berhasil harus memahami dan menerapkan prinsip-prinsip usaha bersama dan mampu mendorong pengikutnya untuk melakukan hal yang sama. Kepemimpinan membutuhkan kekuasaan dan kekuasaan membutuhkan kerja sama.
Ada dua bentuk kepemimpinan. Yang pertama, dan yang paling efektif, adalah kepemimpinan dengan persetujuan dan dengan simpati para pengikut. Yang kedua adalah kepemimpinan dengan paksaan, tanpa persetujuan dan simpati pengikut

SEPULUH PENYEBAB UTAMA KEGAGALAN KEPEMIMPINAN
Berikut penyebab-penyebab utama seorang pemimpin gagal menurut Napoleon Hill dalam buku Think and Grow Rich (halaman182-184). Tak kalah penting bagi kita untuk juga mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan selain apa yang harus dilakukan.
  1. Tidak mampu mengatur detail. Kepemimpinan yang efisien mensyaratkan kemampuan mengorganisasi dan menguasai detail.
  2. Tidak mau melakukan pekerjaan kasar. Sejatinya, jika keadaan mengharuskan, pemimpin yang hebat mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan orang lain.
  3. Mengharapkan imbalan atas apa yang mereka “ketahui”, bukan apa yang mereka lakukan dengan apa yang mereka ketahui tersebut.
  4. Takut disaingi oleh para pengikutnya. Pemimpin yang takut salah satu pengikut akan mengambil alih posisinya cepat atau lambat pasti akan melatih para pengikutnya yang kelak akan mereka limpahi kewenangan.
  5. Tidak punya imajinasi. Tanpa imajinasi, pemimpin tidak akan mampu mengatasi keadaan darurat dan menciptakan rencana yang akan membimbing para pengikut mereka secara efisien.
  6. Mementingkan diri sendiri. Pemimpin yang mengklaim semua pujian atas hasil karya para pengikut mereka pasti akan dibenci. Pemimpin yang benar-benar hebat tidak akan pernah minta tanda jasa apa pun.
  7. Pemarah. Para pengikut tidak menghormati pemimpin yang pemarah. Selain itu, sifat pemarah dalam bentuk apa pun menghancurkan daya tahan dan daya hidup siapa saja yang mengumbarnya.
  8. Tidak setia. Mungkin seharusnya inilah yang ada di puncak daftar. Pemimpin yang tidak setia kepada amanat, dan orang-orang yang ada di atas dan di bawah mereka, tidak akan bertahan lama sebagai pemimpin.
  9. Menekankan “wewenang” pemimpin. Pemimpin yang efektif memimpin dengan mendorong dan bukan menanamkan ketakutan di hati para pengikut mereka. Pemimpin yang berusaha menarik perhatian para pengikut dengan “wewenang” mereka sama seperti pemimpin dengan paksaan.
  10. Mengagungkan gelar. Pemimpin yang cakap tidak memerlukan “gelar” untuk memperoleh rasa hormat dari para pengikutnya. Pemimpin yang terlalu mengagung-agungkan gelar biasanya tidak memiliki hal lain untuk dibanggakan.
KOMENTAR
Warren Bennis, seorang profesor yang mengajar bidang manajemen dan organisasi, berkata: “Manajer adalah mereka yang melakukan sesuatu dengan benar. Pemimpin adalah mereka yang melakukan hal yang benar.”

Laksamana Grace Hopper adalah wanita Angkatan Laut wanita yang menduduki jabatan tinggi saat diwawancara untuk program 60 Minutes. Ia mengatakan “Urusan perlu diatur. Orang perlu dipimpin.”

Kalau berbicara leadership atau kepemimpinan bagi saya sangat sakral. Istilah kepemimpinan itu erat kaitannya dengan pemimpin. Hanya yang disebut pemimpin yang memiliki karakter kepemimpinan menurut saya. Orang-orang yang mencoba meniru sifat-sifat kepemimpinan belum tentu bisa disebut pemimpin. Dalam tulisan diatas diuraikan tentang karakteristik kepemimpinan yang saya ambil dari buku Napoleon Hill “Think and Grow Rich”. Pemimpin itu bukan jabatan bukan juga gelar. Pemimpin itu menurut saya lebih sebuah penghargaan penyebutan yang sangat tinggi dari setiap orang yang menyaksikan perjuangan sosok pemimpin tersebut, sebelumnya dia bukan siapa-siapa tapi dengan segala karakter yang dimiliki seperti di atas dan dedikasi dengan empati dan simpati pada kehidupan, perjuangan lahir dan batinnya melakukan hal yang benar, orang-orang melabeli dia pemimpin.

Tapi saya mencoba melihat fenomena sederhana yang ada disekitar bahkan dalam kehidupan saya sendiri, misalnya dalam bekerja di perusahaan. Perusahaan dengan semangat menggelegar bahkan seperti kurikulum dalam pendidikan. Berupaya mendoktrin para pekerjanya dengan tema-tema kepemimpinan atau leadership. Seolah seperti pelajaran rutin dalam sekolah setiap bulan atau tahun, tema-tema kepemimpinan dikampanyekan entah apa maksudnya. Sama seperti saat pertama-tama saya kuliah pun harus mengikuti kegiatan leadership. Ambil sisi positifnya saja mungkin supaya kita bersosialisasi dengan kampus dan mahasiswa lain dan penguatan mental. Balik lagi di perusahaan, tema dan slogan kepemimpinan atau leadership di blast di grup-grup media sosial perusahaan. Saya sendiri yang belajar dari banyak materi perkuliahan tidak tertarik dengan doktrin tema kepemimpinan yang di kampanyekan perusahaan. Bagi saya, dan semakin saya membaca tentang kepemimpinan contohnya saja buku Napoleon Hill, kepemimpinan yang dimaksud di perusahaan itu yang seperti apa dan siapa yang pantas disebut pemimpin. Mulai dari karakter kepemimpinan seperti yang di atas contohnya, 11 karakter kepemimpinan. Saya yang bekerja di perusahaan tidak melihat itu dimiliki para orang-orang dalam perusahaan baik jabatan level atas sekalipun, apalagi menjadi pemimpin, dalam hati saya berkata: Mereka “berharap banget” dibilang seperti pemimpin. Lucu dan menggelikan. Coba saya list dari 11 karakter menurut Napoleon Hill dalam bukunya tentang karakteristik kepemimpinan yang juga seperti di kampanyekan di perusahaan saya bekerja dulu namun ternyata sama sekali tidak terlihat penerapannya sama sekali baik dari individunya bahkan aturan-aturannya. Individu disini lebih ke karyawan yang mempunyai jabatan tinggi di perusahaan dan aturan-aturan adalah apa yang mereka buat demi keberlangsungan jalannya operasional perusahaan.
  1. Gagah berani. Hanya teori yang enak didengar namun kalau dilihat prakteknya tetap saja yang namanya struktur level jabatan membuat feodalisme hidup. Berani bersuara siap-siap kejutan menanti. Entah dicari-cari kesalahan, dibuat tidak nyaman dalam bekerja dengan macam-macam cara dari pekerjaan yang diberatkan atau tanggung jawab pekerjaan yang diskriminasi pokoknya dibuat tidak betah agar out dari perusahaan. Bawahan menghormati atasan dan atasan menghormati bawahan, itu kata-kata palsu dan omong kosong. Yang dimaksud adalah bawahan segan dan takut dengan atasan dan atasan dengan jabatannya berani memojokkan bawahan.
  2. Pengendalian diri. Di mana pengendalian dirinya karena kalau target tidak tercapai pastinya level jabatan manager atau setingkat marah-marah atau lebih halus lagi dengan menekan bawahan atau level pekerja terendah. Kampanye kepemimpinan bagus sekali mengajari para petinggi di perusahaan. Kalau susah diatur jurus “menekan” karyawan cara yang ampuh digunakan. Petinggi atau pejabat di perusahaan tidak berpikir kalau produk aturan-aturanya yang bisa saja salah dan tidak cocok sesuai kenyataan di lapangan.
  3. Adil. Dimana adilnya membuat ide atau aturan baru saling kontradiksi. Idenya bagus untuk terobosan operasional keberlangsungan perusahaan tapi implementasinya buruk dan hanya menghasilkan diskriminasi peraturan dan tugas pekerjaan diantara kumpulan pekerja didalamnya. Omong kosong dengan kata adil di perusahaan. Tapi bersyukur masih digaji.
  4. Ketetapan keputusan. Sering berubah-rubah apalagi yang menyangkut keberlangsungan operasional. Bahkan besok dirubah besoknya lagi balik lagi seperti sebelumnya. Alasannya klasik “ikuti saja sudah aturan perusahaan.” Emang siapa yang membuat peraturan kayanya bukan pemimpin. Yang membuat peraturan kan pekerja juga karyawan juga. Buat apa tema kepemimpinan disebarkan dalam perusahaan. Agak aneh saja. Tema-nya lebih baik diganti ke-manajerial-an seperti mata kuliah di perguruan tinggi. Jangan kepemimpinan atau leadership.
  5. Ketetapan rencana. Rencana baik bagi mereka yang di kursi kantor, buruk bagi pekerja yang mobilitasnya cepat. Bahkan membuat rencana saja sering mendadak seperti meeting, rapat, instruksi. Belajar ilmu Manajemen engga sih. Level jabatan saja tinggi tapi merencanakan kegiatan seperti sampah.
  6. Melakukan lebih dari yang diminta. Ini cara untuk mencari simpati biar pejabat perusahaan dibilang perhatian dan simpati ke para pekerja. Kalau bahasa politiknya Pencitraan.
  7. Kepribadian yang menyenangkan. Mereka itu karyawan juga hanya saja punya jabatan tinggi. Pastinya merasa tinggi juga. Orang yang menganggap dirinya tinggi sudah pasti bukan pribadi yang menyenangkan.
  8. Simpati dan memahami. Kalau pun ada itu hanya pencitraan.
  9. Penguasaan akan detail. Membuat ide dan peraturan secara diskriminasi dan tumpeng tindih, membuat rencana seperti meeting atau rapat mendadak. Apa yang mau dibilang detail.
  10. Kemauan mengambil alih tanggung jawab sepenuhnya. Kalau ini sepertinya sesuai, tapi digunakan untuk menjadi otoriter atau totaliter biar bisa mengatur dengan paksaan atau tekanan. Namanya juga mereka karyawan namun jabatannya tinggi jadi biar tidak ribet jurus “menekan” lebih efektif kalau tidak berhasil keluarkan surat peringatan.
  11. Kerja sama. Pencitraan level tinggi dengan dalih kerja sama. Sukses selalu dengan slogan ini.
Saya sangat setuju dengan kutipan “Manajer adalah mereka yang melakukan sesuatu dengan benar. Pemimpin adalah mereka yang melakukan hal yang benar.”. Tema-tema kepemimpinan apalagi di perusahaan masuk akal bahwa mereka benar-benar mendoktrin pekerjanya dengan leadership yang tidak masuk akal. Di dalam perusahaan hanya ada karyawan dengan level jabatan salah satunya posisi manajer. Manajer itu tidak bisa disebut pemimpin dan pemimpin pasti bukan manajer berdasarkan kutipan tadi. Jadi rumusan perusahaan mengkampanyekan tema kepemimpinan itu buat apa saya juga sangat bingung. Mungkin biar terlihat keren dan memotivasi karyawan biar bisa seperti para manajer dan mempunyai posisi bagus dalam karir. Rasa-rasanya tidak cocok dengan saya. Manajer itu bekerja secara teknis “yang penting ikutin aturan tok” sesimple itu karena “melakukan sesuatu dengan benar”. Tapi pemimpin, dimensinya lebih dari hanya orang yang bisanya mengatur saja. Pemimpin itu dimensinya sangat komplek, pemimpin menggunakan nurani dan pikiran, lahir dan batinnya, dia peka akan keadaan dan berusaha mengambil keputusan walaupun akan merugikan dirinya. Pemimpin harus “melakukan hal yang benar” meskipun itu sangat berisiko bagi dirinya sendiri. Sedang manajer lebih kepada ikuti aturan agar terhindar dari risiko.

Saya juga setuju dengan kutipan “Urusan perlu diatur. Orang perlu dipimpin.” Saya kira kutipan ini gampang dimengerti oleh mereka yang memiliki karakter kepemimpinan. Harusnya semua orang mengerti apalagi posisi manajer atau level diatasnya. Jangan sampai disalahartikan dengan membalik kutipannya “Orang perlu diatur. Urusan perlu dipimpin.” Kebanyakan dari petinggi di perusahaan yang saya lihat di tempat saya bekerja dulu itu karyawannya yang diatur jadi lebih kearah represif padahal substansi urusan lah yang perlu diatur agar orang bergerak mengikuti urusan tersebut. Bukan sebaliknya Urusan yang dipimpin dengan sangat baik bahkan terkadang buruk juga, keluaran-nya ketika ada urusan yang tidak goal atau tercapai karyawan-lah yang diatur biar terpaksa mencapai goal atau target. “Yang value tidak diolah yang pragmatis diolah berlebihan.” Ini sering terjadi. Apalagi di perusahaan atau korporasi.

Sumber Referensi:
Hill, Napoleon (2022). Think and Grow Rich. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Komentar

Posting Komentar

POSTINGAN POPULER

MENGOBATI IKAN MAS KOKI YANG TERKENA PENYAKIT BERCAK MERAH DI BADAN

LEBIH MENGENAL INFJ

INFJ DOORSLAM

KISAH RONALD READ DAN RICHARD FUSCONE

REVIEW BUKU QUIET IMPACT TAK MASALAH JADI ORANG INTROVER

REVIEW BUKU BREAKING THE HABIT OF BEING YOURSELF

CARA MENINGKATKAN OVER PEMAIN DAN MELATIH PEMAIN DALAM GAME FC MOBILE

PERBEDAAN POIN KOMPETITIF DAN POIN KOMPETITIF LANJUTAN PADA FC MOBILE

REVIEW BUKU CATATAN SEORANG DEMONSTRAN SOE HOK GIE

KATA-KATA BIJAK GANDALF DALAM FILM THE LORD OF THE RING