KISAH RONALD READ DAN RICHARD FUSCONE

KISAH RONALD READ DAN RICHARD FUSCONE


Ronald James Read merupakan seorang filantropis, investor, petugas kebersihan, dan penjaga pom bensin asal Amerika. Ronald Read lahir di pedesaan Vermont. Dia orang pertama dikeluarganya yang lulus SMA, dan itu lebih mengesankan karena dia harus minta tumpangan di mobil orang untuk pergi ke sekolah setiap hari. Mereka yang mengenal Ronald Read tidak banyak menceritakan hal ini. Kehidupannya sangat bersahaja.

Read memperbaiki mobil di pom bensin selama 25 tahun dan menyapu lantai JCPenney selama 17 tahun. Dia membeli rumah dua kamar seharga $12.000 dan hidup disana sampai meninggal. Dia ditinggal mati istrinya ketika berumur 50 dan tak pernah menikah lagi. Seorang kawan mengenang bahwa hobi utamanya adalah memotong kayu bakar.

Read meninggal pada 2014, umur 92. Barulah si petugas kebersihan bersahaja dari desa masuk berita internasional. Tahun 2014, 2.813.503 orang Amerika meninggal. Tak sampai 4.000 punya harta diatas $8 juta ketika meninggal. Ronald Read adalah salah satunya.

Di surat wasiatnya, sang mantan petugas kebersihan mewariskan $2 juta kepada anak-anak tirinya dan $6 juta lebih kepada rumah sakit dan perpustakaan setempat. Mereka yang mengenal Read kaget. Dari mana dia dapat uang sebanyak itu?

Ternyata tak ada rahasianya. Tak ada kemenangan lotre atau warisan besar. Read menabung berapa pun yang bisa dia tabung dan menginvestasikannya di saham blue chip. Dia kemudian menunggu, sampai puluhan tahun, selagi tabungan kecil berlipat-lipat menjadi $8 juta lebih.

Itu saja. Dari petugas kebersihan ke filantropis.

Beberapa bulan sebelum Ronald Read meninggal, laki-laki lain yang bernama Richard masuk berita. Richard Fuscone sangat berbeda dengan Ronald Read. Fuscone eksekutif Merrill Lynch lulusan Harvard bergelar MBA, berkarier begitu sukses di bidang keuangan sehingga bisa pensiun pada umur 40-an untuk menjadi filantropis. Mantan CEO Merrill Lynch David Komansky memuji “keahlian bisnis, kepemimpinan, pertimbangan bagus, dan integritas pribadi “Fuscone”. Majalah bisnis Crain’s pernah memasukkan dia di satu daftar pebisnis sukses “40 dibawah 40”.

Pada pertengahan 2000-an, Fuscone meminjam banyak uang untuk memperluas rumah 1.600 meter persegi di Greenwich, Connecticut dengan 11 kamar mandi, dua lift, dua kolam, tujuh garasi, dan biaya pemeliharaan bulanannya di atas $90.000. Kemudian krisis keuangan 2008 melanda.

Krisis itu menghajar keuangan hampir semua orang. Rupanya Fuscone jadi hancur luluh. Utang besar dan asset tak liquid membuatnya bangkrut. “Sekarang saya tak punya pendapatan” katanya ke hakim perkara kebangkrutan pada 2008.

Pertama, rumahnya di Palm beach disita. Pada 2014, giliran rumah mewahnya di Greenwich.

Lima bulan sebelum Ronald Read mewariskan hartanya untuk derma, rumah Richard Fuscone- dimana para tamu mengingat”asyiknya makan dan dansa diatas atap transparan kolam renang dalam ruang”, dijual dalam lelang barang sitaan dengan nilai 75% taksiran perusahaan asuransi.

Ronald Read sabar; Richard Fuscone tamak. Itu saja yang membuat perbedaan besar Pendidikan dan pengalaman keduanya tak berpengaruh. Pelajarannya di sini bukanlah supaya kita lebih meniru Ronald dan jangan seperti Richard, walau itu bukan nasihat buruk.

Yang menarik di cerita-cerita itu adalah karena hanya terjadi di bidang keuangan. Dalam bidang apa lagi seseorang tanpa gelar sarjana, pelatihan, latar belakang, pengalaman formal, dan koneksi bisa mengalahkan seseorang dengan Pendidikan, pelatihan, dan koneksi terbaik?

Fakta bahwa Ronald Read bisa ada bersama Richard Fuscone punya dua penjelasan. Satu, hasil finansial ditentukan nasib, tidak berhubungan dengan kecerdasan dan usaha. Itu benar sampai batas tertentu. Atau, dua, keberhasilan finansial bukan sains keras, melainkan keahlian lunak (soft skill), di mana perilaku anda lebih penting daripada pengetahuan anda (Morgan Housel: XV–XVIII).

“Mengelola uang dengan baik tidak ada hubungannya dengan kecerdasan anda dan lebih banyak berhubungan dengan perilaku anda. Dan perilaku sukar diajarkan, bahkan kepada orang-orang yang sangat cerdas”. (Morgan Housel)

Sumber referensi:
Housel, Morgan (2020). The Psychology Of Money. Penerbit Baca: Tangerang

REFLEKSI
Kisah nyata yang sangat menarik. Kisah dari dua orang yang sama-sama berkelut di dunia investasi dan keuangan namun memiliki nasib yang sangat berbeda. Kesederhanaan Ronald Read bagi saya patut dicontoh. Menjadi pribadi yang tidak neko-neko meski memiliki tabungan yang banyak dan justru memilih untuk di investasikan. Pelajaran hidup yang sangat berharga dari bapak Ronald Read. Dari pekerja yang sederhana hingga akhirnya menjadi dermawan yang membantu banyak orang lain. Hasil investasinya bertahun-tahun membuat Ronald Read menjadi filantropis padahal beliau hanya pekerja biasa yang bahkan tidak memiliki posisi tinggi dalam pekerjaannya. 

Kesabarannya menjalani kehidupan patut dicontoh. Disaat orang-orang yang merasa dirinya berkelas dan memiliki uang banyak untuk di hambur-hamburkan untuk berfoya-foya membeli segala apapun yang diinginkan. Namun tidak dengan Ronald Read, yang memilih untuk hidup sederhana dengan uang yang dimilikinya. Kisah Ronald Read mantan pekerja Pom bensin seperti memberikan refleksi yang sangat berharga untuk kita semua.

Di lain sisi, ada Richard Fuscone yang nasibnya kurang beruntung dalam soal investasi dan keuangan. Pelajaran dari kisah Fuscone pun tidak kalah penting untuk menjadi refleksi untuk kita yang membacanya. Bahwa hasrat yang tidak ada puasnya akan berdampak buruk untuk kehidupan. Dalam soal keuangan yang dihadapi Fuscone membuat dirinya bangkrut hingga yang tadinya bergelimpangan harta menjadi tidak punya apa-apa. Semua bisa saja terjadi dalam keuangan dan investasi. Dalam urusan menyimpan uang pun membutuhkan sikap yang bijak agar tidak berakhir seperti Richard Fuscone. 

Dengan membaca kisah mereka saya sendiri pun mendapatkan pelajaran berharga dalam soal mengelola uang dan pentingnya arti kesederhanaan. Baik kesederhanaan dalam hidup, bersikap, berpenampilan. Dan itu berasal dari jiwa yang penuh dengan empati dan simpati untuk kehidupan. Bila seseorang berempati dan simpati dengan sekitarnya baik orang lain dan lingkungan. Seseorang tersebut akan menjalani hidupnya seperti orang kebanyakan dengan melihat masih banyaknya orang-orang yang menderita, yang susah, yang kurang beruntung dan berada pada level ekonomi yang rendah. 

Sehingga selalu muncul dalam hatinya untuk tidak merasa lebih tinggi atas yang dimilikinya baik harta dan jabatan. Dan selalu berusaha untuk hidup dalam kesederhanaan dengan membantu banyak orang dan tidak memamerkan segala yang dipunyainya. Itulah yang ditunjukkan Ronald Read sebagai pembelajaran untuk kita yang masih hidup, dari pekerja biasa menjadi filantropis.

Komentar

  1. Bisa belajar nih dari sosok bapak Read

    BalasHapus
  2. Filantropi yang gak neko neko, Ronald Read👍

    BalasHapus

Posting Komentar

POSTINGAN POPULER

MENGOBATI IKAN MAS KOKI YANG TERKENA PENYAKIT BERCAK MERAH DI BADAN

LEBIH MENGENAL INFJ

INFJ DOORSLAM

PERBEDAAN POIN KOMPETITIF DAN POIN KOMPETITIF LANJUTAN PADA FC MOBILE

CARA MENINGKATKAN OVER PEMAIN DAN MELATIH PEMAIN DALAM GAME FC MOBILE

REVIEW BUKU QUIET IMPACT TAK MASALAH JADI ORANG INTROVER

DARI AQUASCAPE KE AQUARIUM IKAN MAS KOKI

REVIEW BUKU BREAKING THE HABIT OF BEING YOURSELF

REVIEW BUKU CATATAN SEORANG DEMONSTRAN SOE HOK GIE