5 HAL "GAK JELAS" DI TEMPAT KERJA YANG “GAK JELAS”
5
HAL “GAK JELAS” DI TEMPAT KERJA YANG “GAK JELAS”
Saya berupaya membagi pengalaman yang pernah saya lalui ketika bekerja di tempat kerja yang “tidak jelas” pada saat itu di sebuah pabrik printing yang sudah berbentuk PT, pada waktu itu saya adalah bagian produksi. Maksudnya apa sih tempat kerja yang “tidak jelas”, sebetulnya tempat kerja itu kan bisa saja di PT, CV, Firma, pabrik produksi, kantor, bisa juga usaha rumahan ya, namun saya lebih nyaman menggunakan istilah tempat kerja saja biar universal dan kalian pembaca yang menafsirkan sesuai kondisi kalian yang mungkin pernah mengalami juga atau sedang mengalami meskipun bidang usahanya berbeda-beda.
Saya berusaha memberikan arti dari tempat kerja yang “tidak jelas” itu adalah tempat kerja dimana kita bekerja namun banyak sekali “ketidakjelasan” yang kita lihat dan rasakan tapi tidak bisa kita ungkapkan dan ucapkan karena tahu kita hanya pekerja, bawahan pula, bukan siapa-siapa yang punya wewenang lebih, bahkan kalau bicara ada rasa segan dan takut bisa juga khawatir akan di cap pemberontak istilahnya, kalau sudah begitu yang punya kepentingan pasti tidak suka dan risikonya di cari-cari kesalahannya bahkan di mata-matai gerak geriknya di tempat kerja yang malah jadi gak nyaman dan merasa tertekan, sudah tertekan karena tugas kerja malah ditambah lagi tekanan di mata-matai atau di tandai istilahnya, padahalkan kita hanya mau mengeluarkan kegelisahan dan kegusaran batin saat kerja dengan hal-hal yang “tidak jelas” seperti tugas kerja, waktu kerja, gaji dan lembur, standar operasional prosedur/peraturan juga jaminan sosial yang setiap pekerja berhak mendapatkan nya bukan.
Mungkin setiap dari kita berfikir semua baik-baik saja ketika masuk kesuatu tempat kerja untuk bekerja mencari uang, semua berjalan normal saja dari luar tapi sebagian dari kita juga tidak tahu bagaimana keadaan di dalamnya yang “tidak jelas” dan tidak baik-baik saja, Saya mencoba membagi pengalaman tentang 5 hal besar yang “tidak jelas” saat bekerja di tempat yang “tidak jelas” :
1.Tugas kerja
Seperti tugas kerja yang hanya awal-awal terlihat sederhana semakin lama semakin rumit, semakin banyak tugas yang dibebankan padahal bukan tugas saya, belum lagi disuruh back up rekan kerja yang mangkir, sakit, ada urusan jadi gak masuk kerja. Hanya karena awal-awal masuk kerja saja sebagai “pemanis” mungkin saya di beri pekerjaan yang mudah, sedikit, ringan, tanggung jawabnya kecil, namun kalau sudah berangsur lama dan sudah beradaptasi mulai terlihat tugas-tugas yang dilimpahkan oleh supervisor atau bos semakin komplikasi harus bisa semuanya, multitasking, kalau kerjaan utamanya belum banyak harus bantu kerjaan lain yang membutuhkan tenaga lebih namun kalau tugas sendiri lagi banyak siapa yang mau bantu. Ditambah beberapa dari kalian mungkin pernah merasakan gak enaknya ketika bekerja di marahi atasan atau bos dengan ucapan-ucapan tidak pantas seperti bodoh, tolol, goblok, bahkan kata-kata hewan dengan nada yang tinggi, yang sampai masuk ke lerung jiwa dan berkata didalam hati “begini amat ya tuhan kerja sudah capek mesti harus dimaki-maki”. Bahkan saya melihat pekerja yang senior (bekerja puluhan tahun) saja dapat perlakuan seperti itu sehingga kalau itu terjadi pada pekerja wanita pasti tidak kuat dan pada akhirnya menangis.
2. Waktu kerja
Tempat kerja yang jam kerjanya juga “gak jelas” kalau absen tidak boleh terlambat karena kalau terlambat bisa bisa dipotong uang makan atau gaji tapi kalau waktu pulang, sudah berada di zona dag dig dug (perasaan cemas) karena harus menyesuaikan apakah sudah tercapai target, apakah ada tugas tambahan dari supervisor atau bos karena proyek kejar tayang, atau produksi yang harus di kirim besok hari jadi malam ini harus sudah siap, pokoknya benar-benar “gak jelas” tapi ya sudahlah namanya juga kerja sama orang. Bahkan saya sering melihat bagian pengecekan barang/ quality control yang didominasi para wanita pulang sampai tengah malam untuk pengecekan hasil produksi yang kejar tayang harus dikirim besok padahal mereka sudah kerja dari pagi, sungguh miris dan menyentuh hati tapi begitulah mencari uang, ada istilah dari senior saya dahulu dia bilang “kalau gak butuh butuh uang aja ngapain juga kerja di tempat kerja kaya gini”. Terus tempat kerja yang “tidak jelas” saya gambarkan jadwal kerja yang juga berantakan harusnya libur untuk istirahat masih aja disuruh masuk karena banyak kerjaan dan kejar tayang atau untuk back up rekan kerja yang gak masuk, ampun dah seribu ampun, apalagi sudah libur masih ada aja yang telepon tentang kerjaan entah dari rekan kerja atau atau supervisor yang tanya tanya perihal produksi dan lain-lain. Belum lagi masalah cuti, untuk libur kerja aja engga pasti, apalagi cuti mungkin bayangan cuti gak pernah ada kali kalau di tempat kerja yang “gak jelas”, bisa libur di hari minggu dan tanggal merah saja sudah bagus buat istirahat.
3. Gaji dan lemburan
Nah tempat kerja yang “tidak jelas” juga mengenai gaji dan lemburan. Mungkin sebagian kita yang kerja di tempat kerja yang mengikuti aturan pemerintah dan tempat kerja yang sudah punya nama besar sih kalau gaji pasti mengikuti aturan, tapi yang di tempat yang “tidak jelas” apakah akan sama, belum tentu yah, sudah gitu gaji berupa tunai yang diamplopin atau waktu saya dahulu dilipat-lipat dengan kertas dengan nama yang ditulis dengan pulpen dan pembagiannya harus ngantri dipanggil satu satu sama bagian penggajian, juga lemburan apakah dibayar dengan uang atau diganti hari libur atau juga gak dibayar sama sekali atau dibayar tidak sesuai dan bayarannya malah lebih banyakan keluar uang saat lembur untuk ongkos dan konsumsi dari pada yang didapatkan dari uang lemburan. Pokoknya istilah loyalitas itu benar benar nyata di tempat kerja yang “tidak jelas”, mungkin di tempat kerja yang “jelas” juga bisa ketemu juga istilah itu.
4. Standar operasional prosedur (SOP)/Peraturan
Terus standar operasional prosedur (SOP)/peraturan juga kalau ditempat “kerja tidak jelas” ya gitu istilah let it flow, mungkin karena tahu bukan usaha dengan nama besar jadi ada untuk formalitas bila ada kunjungan supplier atau investor bisa jadi alasan penguatan agar bisa kerja sama karena ada SOP/peraturan yang diterapkan. Dan itu SOP/peraturan yang di tempel di dinding ruang kerja hanya seperti poster belaka tanpa tahu isinya apa dan para karyawan sedikit banyak juga menertawakan kalau yang paham atau bodo amat kalau yang gak ngerti dan malas baca. Karena yang di alami banyak yang gak jelas, peduli amat sama peraturan.
5. Jaminan sosial
Mengenai jaminan sosial bahkan saya yang pernah kerja ditempat “kerja gak jelas” juga gak jelas ada atau tidak untuk jaminan sosial entah kesehatan atau ketenagakerjaan, tidak pernah dapat kartu jaminan sosial padahal kerja lebih dari satu tahun padahal itu kewajiban tempat kerja mendaftarkan karyawannya tapi ya sudahlah, barangkali berfikir yang penting masih bisa dapat uang dari gaji ketimbang meributkan urusan jaminan sosial Kesehatan, ketenagakejaan yang padahal penting.
Itulah pengalaman yang sempat saya rasakan dan alami ketika kerja di tempat kerja yang “tidak jelas”, mungkin dari kalian pernah merasakannya atau mengalaminya walaupun berbeda bidang usahanya, kalau kalian mengalami ciri-ciri seperti pengalaman yang saya ceritakan kita seperjuangan dan semoga langkah kalian dikuatkan oleh sang pencipta dan hati kalian dipenuhi kesabaran dalam mencari rezeki, karena rezeki sudah ada yang mengatur yaitu Tuhan sang pencipta. Kadang pekerja kecil tidak punya daya dan punya untuk mengungkapkan dan mengucapkan keluh kesah mereka terhadap pekerjaan yang dipikulnya dan terkadang setingkat atasan atau bos tidak memahami atau belum memahami kendala-kendala mereka (pekerja kecil) dan justru mengembalikan semua berdasar peraturan yang ada padahal kompleksitas pekerjaan belum tentu dibarengi peraturan yang terukur atas kompleksitas suatu pekerjaan tersebut. Sehingga pragmatisme mereka hanya tentang target dan tujuan penjualan atau produksi. Padahal menurut saya ada sesuatu yang tidak bisa diatasi oleh peraturan dalam skala waktu tertentu dimana kadang kita harus bertindak meskipun itu diluar peraturan. Itu kembali lagi dengan penggunaan teoritis yang memang tidak selalu serta merta sesuai dengan praktis/praktek. Bagaimana menurut kalian…?
Mungkin setiap dari kita berfikir semua baik-baik saja ketika masuk kesuatu tempat kerja untuk bekerja mencari uang, semua berjalan normal saja dari luar tapi sebagian dari kita juga tidak tahu bagaimana keadaan di dalamnya yang “tidak jelas” dan tidak baik-baik saja, Saya mencoba membagi pengalaman tentang 5 hal besar yang “tidak jelas” saat bekerja di tempat yang “tidak jelas” :
1.Tugas kerja
Seperti tugas kerja yang hanya awal-awal terlihat sederhana semakin lama semakin rumit, semakin banyak tugas yang dibebankan padahal bukan tugas saya, belum lagi disuruh back up rekan kerja yang mangkir, sakit, ada urusan jadi gak masuk kerja. Hanya karena awal-awal masuk kerja saja sebagai “pemanis” mungkin saya di beri pekerjaan yang mudah, sedikit, ringan, tanggung jawabnya kecil, namun kalau sudah berangsur lama dan sudah beradaptasi mulai terlihat tugas-tugas yang dilimpahkan oleh supervisor atau bos semakin komplikasi harus bisa semuanya, multitasking, kalau kerjaan utamanya belum banyak harus bantu kerjaan lain yang membutuhkan tenaga lebih namun kalau tugas sendiri lagi banyak siapa yang mau bantu. Ditambah beberapa dari kalian mungkin pernah merasakan gak enaknya ketika bekerja di marahi atasan atau bos dengan ucapan-ucapan tidak pantas seperti bodoh, tolol, goblok, bahkan kata-kata hewan dengan nada yang tinggi, yang sampai masuk ke lerung jiwa dan berkata didalam hati “begini amat ya tuhan kerja sudah capek mesti harus dimaki-maki”. Bahkan saya melihat pekerja yang senior (bekerja puluhan tahun) saja dapat perlakuan seperti itu sehingga kalau itu terjadi pada pekerja wanita pasti tidak kuat dan pada akhirnya menangis.
2. Waktu kerja
Tempat kerja yang jam kerjanya juga “gak jelas” kalau absen tidak boleh terlambat karena kalau terlambat bisa bisa dipotong uang makan atau gaji tapi kalau waktu pulang, sudah berada di zona dag dig dug (perasaan cemas) karena harus menyesuaikan apakah sudah tercapai target, apakah ada tugas tambahan dari supervisor atau bos karena proyek kejar tayang, atau produksi yang harus di kirim besok hari jadi malam ini harus sudah siap, pokoknya benar-benar “gak jelas” tapi ya sudahlah namanya juga kerja sama orang. Bahkan saya sering melihat bagian pengecekan barang/ quality control yang didominasi para wanita pulang sampai tengah malam untuk pengecekan hasil produksi yang kejar tayang harus dikirim besok padahal mereka sudah kerja dari pagi, sungguh miris dan menyentuh hati tapi begitulah mencari uang, ada istilah dari senior saya dahulu dia bilang “kalau gak butuh butuh uang aja ngapain juga kerja di tempat kerja kaya gini”. Terus tempat kerja yang “tidak jelas” saya gambarkan jadwal kerja yang juga berantakan harusnya libur untuk istirahat masih aja disuruh masuk karena banyak kerjaan dan kejar tayang atau untuk back up rekan kerja yang gak masuk, ampun dah seribu ampun, apalagi sudah libur masih ada aja yang telepon tentang kerjaan entah dari rekan kerja atau atau supervisor yang tanya tanya perihal produksi dan lain-lain. Belum lagi masalah cuti, untuk libur kerja aja engga pasti, apalagi cuti mungkin bayangan cuti gak pernah ada kali kalau di tempat kerja yang “gak jelas”, bisa libur di hari minggu dan tanggal merah saja sudah bagus buat istirahat.
3. Gaji dan lemburan
Nah tempat kerja yang “tidak jelas” juga mengenai gaji dan lemburan. Mungkin sebagian kita yang kerja di tempat kerja yang mengikuti aturan pemerintah dan tempat kerja yang sudah punya nama besar sih kalau gaji pasti mengikuti aturan, tapi yang di tempat yang “tidak jelas” apakah akan sama, belum tentu yah, sudah gitu gaji berupa tunai yang diamplopin atau waktu saya dahulu dilipat-lipat dengan kertas dengan nama yang ditulis dengan pulpen dan pembagiannya harus ngantri dipanggil satu satu sama bagian penggajian, juga lemburan apakah dibayar dengan uang atau diganti hari libur atau juga gak dibayar sama sekali atau dibayar tidak sesuai dan bayarannya malah lebih banyakan keluar uang saat lembur untuk ongkos dan konsumsi dari pada yang didapatkan dari uang lemburan. Pokoknya istilah loyalitas itu benar benar nyata di tempat kerja yang “tidak jelas”, mungkin di tempat kerja yang “jelas” juga bisa ketemu juga istilah itu.
4. Standar operasional prosedur (SOP)/Peraturan
Terus standar operasional prosedur (SOP)/peraturan juga kalau ditempat “kerja tidak jelas” ya gitu istilah let it flow, mungkin karena tahu bukan usaha dengan nama besar jadi ada untuk formalitas bila ada kunjungan supplier atau investor bisa jadi alasan penguatan agar bisa kerja sama karena ada SOP/peraturan yang diterapkan. Dan itu SOP/peraturan yang di tempel di dinding ruang kerja hanya seperti poster belaka tanpa tahu isinya apa dan para karyawan sedikit banyak juga menertawakan kalau yang paham atau bodo amat kalau yang gak ngerti dan malas baca. Karena yang di alami banyak yang gak jelas, peduli amat sama peraturan.
5. Jaminan sosial
Mengenai jaminan sosial bahkan saya yang pernah kerja ditempat “kerja gak jelas” juga gak jelas ada atau tidak untuk jaminan sosial entah kesehatan atau ketenagakerjaan, tidak pernah dapat kartu jaminan sosial padahal kerja lebih dari satu tahun padahal itu kewajiban tempat kerja mendaftarkan karyawannya tapi ya sudahlah, barangkali berfikir yang penting masih bisa dapat uang dari gaji ketimbang meributkan urusan jaminan sosial Kesehatan, ketenagakejaan yang padahal penting.
Itulah pengalaman yang sempat saya rasakan dan alami ketika kerja di tempat kerja yang “tidak jelas”, mungkin dari kalian pernah merasakannya atau mengalaminya walaupun berbeda bidang usahanya, kalau kalian mengalami ciri-ciri seperti pengalaman yang saya ceritakan kita seperjuangan dan semoga langkah kalian dikuatkan oleh sang pencipta dan hati kalian dipenuhi kesabaran dalam mencari rezeki, karena rezeki sudah ada yang mengatur yaitu Tuhan sang pencipta. Kadang pekerja kecil tidak punya daya dan punya untuk mengungkapkan dan mengucapkan keluh kesah mereka terhadap pekerjaan yang dipikulnya dan terkadang setingkat atasan atau bos tidak memahami atau belum memahami kendala-kendala mereka (pekerja kecil) dan justru mengembalikan semua berdasar peraturan yang ada padahal kompleksitas pekerjaan belum tentu dibarengi peraturan yang terukur atas kompleksitas suatu pekerjaan tersebut. Sehingga pragmatisme mereka hanya tentang target dan tujuan penjualan atau produksi. Padahal menurut saya ada sesuatu yang tidak bisa diatasi oleh peraturan dalam skala waktu tertentu dimana kadang kita harus bertindak meskipun itu diluar peraturan. Itu kembali lagi dengan penggunaan teoritis yang memang tidak selalu serta merta sesuai dengan praktis/praktek. Bagaimana menurut kalian…?
Semangat walaupun kesulitan menghadang
BalasHapusSabar dan ikhlas aja, jangan dipikirin, dunia memang seperti itu
BalasHapus